MAKALAH
OBSERVASI
Makalah
ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Praktek Assesment Bimbingan dan Konseling
Dosen Pengampu : Rizqi Isnaeni
Fajri, S.Pd.I., M.Psi.
Disusun Oleh:
Kelompok 1
Muchamad Iman
|
2019.9.3.1.00131
|
Rahmat Fadilah Hidayat
|
2019.9.3.1.00138
|
Dedi Romadoni
|
2019.9.3.1.00112
|
Reza Aurora Fahlevi
|
2019.9.3.1.00139
|
Ibnu Muttaqin
|
2019.9.3.1.00117
|
Akebar Sulaiman Habibi
|
2019.9.3.1.00103
|
BIMBINGAN KONSELING
PENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM
BUNGA BANGSA CIREBON
2022
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Metode observasi merupakan metode assesment yang tertua dalam
psikologi. Metode observasi telah digunakan untuk mengobservasi perilaku verbal
maupun non - verbal. Begitu pula halnya dengan ujian masuk perguruan tinggi.
Metode observasi paling banyak digunakan dalam mengkaji perkembangan dan
pendidikan anak. Observasi langsung merupakan bagian penting dari proses
penemuan, dalam pengajaran maupun penelitian.
Observasi merupakan sarana untuk menggeneralisasi hipotesis
atau ide. Pemahaman yang diperoleh dari observasi tersebut dapat dijadikan
landasan untuk merancang aktivitas yang akan dilakukan dalam proses
pembelajaran di sekolah. Observasi dapat digunakan sebagai sarana untuk
menjawab suatu pertanyaan khusus/spesifik. Observasi dapat memberikan gambaran
yang lebih realistik tentang suatu peristiwa atau perilaku, dibandingkan metode
pengumpulan informasi lainnya . melalui observasi dimungkinkan untuk mengukur
perilaku anak yang tidak dapat diukur dengan alat lain, misalnya pada anak yang
memiliki kemampuan bahasa terbatas dan mengalami kesulitan .melalui observasi
dimungkinkan bagi peneliti atau praktisi untuk memahami perilaku anak dengan
lebih baik , observasi dapat menjadi sarana dalam melakukan evaluasi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian
observasi?
2. Apa fungsi dan
tujuan observasi?
3. Apa manfaat
observasi?
4. Sebutkan
jenis-jenis observasi!
5. Sebutkan
kekurangan dan kelebihan observasi!
6. Bagaimana cara
merancang observasi?
7. Berikanlah contoh
observasi
PEMBAHASAN
A. Pengertian Observasi
Istilah observasi
berasal dan bahasa Latin yang berarti ”melihat” dan “memperhatikan”. Istilah
observasi diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat
fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena
tersebut. Observasi menjadi bagian dalam penelitian berbagai disiplin ilmu,
baik ilmu eksakta maupun ilmu-ilmu sosial, Observasi dapat berlangsung dalam
konteks laboratoriurn (experimental) maupun konteks alamiah.
Sebagai metode
ilmiah observasi biasa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan
fenomena-fenomena yang diselidiki secara sistematik. Dalam arti yang luas
observasi sebenarnya tidak hanya terbatas kepada pengamatan yang dilakukan,
baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengamatan tidak langsung misalnya
melalui questionnaire dan tes.
Observasi harus
dilakukan pada beberapa periode waktu. Walaupun tidak ada ketetapan waktu
khusus pada pelaksanaan pengamatan, akan tetapi semakin lama dan semakin sering
dilakukan, akan memantapkan reliabilitas hasil pengamatan. Selain itu, teknik
ini perlu dilakukan pada situasi berbeda dan situasi natural karena tingkah
laku yang alami atau apa adanya akan tampil pada situasi yang alami.
Pengamatan juga
harus dilakukan dalam konteks situasi keseluruhan. Dan data hasil pengamatan
harus diintegrasikan dengan data lain. Saat melakukan analisis hal yang sangat
penting adalah menyertakan semua data atau hal tentang objek yang diamati.
Kegiatan pengamatan
juga harus dilakukan pada kondisi yang baik. Pengamat yang lelah, situasi yang
tidak menguntungkan atau banyak gangguan akan mempengaruhi hasil pengamatan.
Observasi merupakan
kegiatan yang memperhatikan secara akurat, kemudiam mencatat fenomena yg muncul
selanjutnya melihat hubungan antar aspek dlm fenomena tersebut.
Pengertian observasi
Menurut Patton (1990: 201 dalam Poerwandari, 1998: 63) menegaskan observasi
merupakan metode pengumpulan data esensial dalam penelitian, apalagi penelitian
dengan pendekatan kualitatif. Agar memberikan data yang akurat dan bermanfaat,
observasi sebagai metode ilmiah harus dilakukan oleh peneliti yang sudah
melewati latihan-latihan yang memadai, serta telah mengadakan persiapan yang
teliti dan lengkap.
Pengertian observasi
Menurut Moleong, Tidak memberikan batasan tentang observasi, tetapi menguraikan
beberapa pokok persoalan dalam membahas observasi, diantaranya:
1. Alasan pemanfaatan pengamatan,
2. Macam-macam pengamatan dan derajat peranan pengamat
(Moleong, 2001: 125).
Pengertian observasi
Menurut Flick (2002: 135), menjelaskan tentang observasi sebagai berikut:
disamping kemampuan berbicara dan mendengarkan sebagaimana digunakan dalam
wawancara-wawancara, observasi merupakan keterampilan harian lain sebagai
secara metodelogis disistematisir dan diterapkan dalam penelitian kualitatif.
Tidak hanya persepsi visual tetapi juga persepsi berdasarkan pendengaran,
perasaan dan penciuman yang diintegrasikan.
Pengamatan merupakan
teknik pegumpulan data yang dilakukan secara sistematis dan sengaja, melalui
pengamatan dan pencatatan terhadap gejala-gejala yang diselidiki
Sebagai salah satu teknik nontes observasi memiliki nilai :
(a). Memberikan informasi yang tidak mungkin didapat melalui
teknik lain.
(b). Memberikan tambahan informasi yang sudah didapat melalui
teknik lain,
(c). Dapat menjaring tingkah laku nyata bila sebelumnya tidak
diketahui.
(d). Pengamatan bersifat selektif.
(e). Pengamatan mendorong perkembangan subjek pengamatan
B. Fungsi dan Tujuan Observasi
fungsi dari diadakannya observasi:
1. untuk mengetahui kesesuaian pelaksanaan tindakan dengan
rencana tindakan yang telah disusun sebelumnya.
2. untuk mengetahui seberapa jauh pelaksanaan tindakan yang
sedang berlangsung
3. Sebagai metode pembantu dalam penelitian yang bersifat
eksploratif. Bila kita belum mengetahui sama sekali permasalahan, biasanya
penelitian-penelitian pertama dilakukan melalui pengamatan di tempat-tempat
gejala terjadi.
4. Sebagai metode pembantu dalam penelitian yang sifatnya
sudah lebih mendalam. Dalam hal ini, biasanya observasi dijadikan sebagai
metode pembantu untuk menunjang wawancara sebagai metode utama. Observasi akan
membantu untuk mengontrol/memeriksa di lapangan, seberapa jauh hasil wawancara
tersebut sesuai dengan fakta yang ada.
5. Sebagai metode utama dalam penelitian.
Penelitian-penelitian yang menyangkut tingkah laku bayi maupun hewan akan
mempergunakan metode observasi.
Tujuan diadakannya observasi :
Dalam melakukan
pengamatan, konselor harus memiliki kriteria spesifik untuk melakukan
observasi. Kita melakukan observasi untuk suatu tujuan, oleh karena itu kita
melihat karakteristik individu untuk mencapai tujuan tersebut. Hal itu menjadi
dasar untuk mengidentifikasi kriteria spesifik yang akan mengarahkan pada kita
apa yang akan diamati.
Tujuan tersebut adalah:
1. Observasi yang berarti pengamatan bertujuan untuk
mendapatkan data tentang suatu masalah, sehingga diperoleh pemahaman atau
sebagai alat re-checkingin atau pembuktian terhadap informasi / keterangan yang
diperoleh sebelumnya
2. Mendeskripsikan kejadian, orang, kegiatan dan maknanya bagi
mereka (bukan bagi observer).
3. Memperoleh data ilmiah yang akan digunakan untuk
penelitian maupun untuk tujuan
assesment.
4. untuk dapat mendeskripsikan Setting yang akan dipelajari
atau di teliti, dengan observasi ini
juga kita dapat mengetahui siapa saja orang-orang yang terlibat dalam aktifitas
yang di teliti, selain itu kita juga dapat mengetahui makna dari setiap
kejadian yang terjadi.
5. mendeskripsikan setting yang dipelajari,
aktivitas-aktivitas yang berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam
aktivitas, dan makna kejadian dilihat dan perspektif mereka terlibat dalam
kejadian yang diamati tersebut. Deskripsi harus kuat, faktual, sekaligus teliti
tanpa harus dipenuhi berbagai hal yang tidak relevan.
Observasi perlu dilakukan karena beberapa alasan, yaitu:
1. Memungkinan untuk mengukur banyak perilaku yang tidak
dapat diukur dengan menggunakan alat ukur psikologis yang lain (alat tes). Hal
ini banyak terjadi pada anak-anak.
2. Prosedur Testing Formal seringkali tidak ditanggapi serius
oleh anak-anak sebagaimana orang dewasa, sehingga sering observasi menjadi
metode pengukur utama.
3. Observasi dirasakan lebih mudah daripada cara peugumpulan
data yang lain. Pada anak-anak observasi menghasilkan informasi yang lebih
akurat daripada orang dewasa. Sebab, orang dewasa akan memperlihatkan perilaku
yang dibuat-buat bila merasa sedang diobservasi.
C. Manfaat Observasi
Manfaat dari
Observasi adalah sebagai peneliti kita jadi lebih memahami suatu kejadian yang
di teliti lebih baik dan lebih dalam, kadang peneliti juga manemui hal-hal baru
dari penelitiannya tidak hanya membuktikan hal-hal yang sudah di perkirakan,
hasil penelitian dari observasi biasanya deskriptif sehingga membuat peneliti
menjadi lebih objektif dan terbuka terhadap permasalahan yang di teliti.
Mendapatkan pemahaman lebih baik tentang konteks yang
diteliti atau yang terjadi.
Peneliti lebih bersikap terbuka, berorientasi pada penemuan
daripada pembuktian, dan mendekati masalah secara induktif.
Peneliti dapat melihat hal-hal yang oleh partisipan kurang
disadari atau partisipan kurang mampu merefleksikan pemikiran tentang
pengalaman itu.
Memperoleh data tentang hal-halyang tidak diungkapkan secara
terbuka dengan wawancara.
Mengatasi persepsi selektif yang biasanya dimunculkan individu
pada saat wawancara
Memungkinkan peneliti merefleksi dan bersikap introspektif
terhadap penelitian yang dilakukan Impresi dan perasaan pengamat menjadi bagian
untuk memahami fenomena.
D. Jenis-jenis Observasi
Pada pelaksanaan
pengamatan, dikenal beberapa jenis pengamatan yang dapat digolongkan dasi segi
keterlibatan peranan observer, yaitu pengamatan partisipasi (participant
abservation), pengamatan nonpartisipasi (nonparticipant observation),
pengamatan kuasi partisipasi, sedangkan dari segi perencanaan dapat digolongkan
pada, yaitu: pengamatan sistematis atau tersruktur (systematic or structured
observation) dan pengamatan nonsistematis atau tidak terstruktur, selain itu
observasi juga dapat digolongkan dari situasinya, yaitu : situasi bebas (free
situation/uncontrolled situation), situasi yang dimanipulasi (manipulated
situation/experimental situation) dan percampuran antara dua situasi (
partially controlled situation observation).
1. Pengamatan partisipasi
Pada pengamatan
jenis ini, pengamat(konselor) turut mengambil bagian dari situasi kehidupan dan
situasi dari individu(peserta didik) yang diobservasi. Misalnya konselor ikut
berpartisipasi dalam berbagai aktivitas yang dilakukan peserta didik disekolah,
misalnya saat berolahraga, saat pramuka, dan sebagainya sehingga konselor
dapatmengamati tingkah laku dan sifat-sifat peserta didik yang ingin diketahui
saat diamati.
2. Pengamatan nonpartisipasi
Pada pengamatan
jenis ini, pengamat (konselor) tidak turut mengambil bagian secara langsung
didalam situasi kehidupan dan situasi dari individu (peserta didik) yang
diobservasi. Tetapi berperan sebagi penomton. Misalnya konselor mengamati
peserta didik saat melakukan berbagai aktivitas di sekolah. Seperti saat
peserta didik bermain dengan teman-temannya. Berolahraga, mengikuti pelajaran
di kelas, mengikuti upacara, pramuka, dan lain sebagainya. Sehingga konselor dapat mengamati tingkah
laku, relasi sosial dan sifat-sifat peserta didik yang ingin diketahui saat
diamati
3. Pengamatan sistematis/terstruktur
Pengamatan ini
dilakukan dengan menggunakan kerangka rencana terlebih dahulu, dimana sudah
ditetapkan tujuan pengamatan, individu yang akan diamati, waktu dan tempat
pengamatan, frekuensi dilakukan pengamatan, apa yang akan diamati, metode
pencatatan hasil pengamatan yang akan digunakan, siapa yang akan melakukan
pengamatan, dan lain sebagainya.
Pada pengamatan ini
gejala, perilaku, atau sifat-sifat peserta didik yang akan diamati telah
ditentukan kategorinya, sehingga pengamat tinggal melakukan pengecekan.
4. Pengamatan nonsistematis
Pada pengamatan ini
tetap dilakukan perencanaan, hanya saja materi atau fokus apa yang akan diamati
belum dibatasi atau dikategorisasi. Sehingga gejala yang diamati geraknya lebih
luas tidak terbatas pada hal-hal yang dikategorikan, kalau ada kategorisasi
pengamat tinggal memberikan tanda cek, sedangkan pada jenis nonsistematis,
pengamat bisa mencatat hal-hal yang dianggap penting dan menonjol pada proses
pengamatan.
5. Free situation
Pengamatan yang
dilakukan pada situasi bebas, tidak dibatasi bagaimana jalannya pengamatan dan
dalam situasi yang tidak terkontrol. Misalnya melakukan pengamatan terhadap
berbagai aktivitas peserta didik selama di sekolah.
6. Manipulasi situasi
Pengamatan yang
situasinya sengaja diadakan, memasukan berbagai faktor atau variabel kondisi
yang diperlukan untuk memunculkan perilaku yang diharapkan. Biasanya pengamatan
ini lebih banyak dilakukan pada format eksperimen.
7. Percampuran antara dua situasi
Merupakan
percampuran antara situasi bebas dan manipulasi situasi , Sebagian situasi
sengaja dikondisikan sehingga sifatnya terkontrol dan sebagian lagi tetap dalam
situasi bebas
E. Kelebihan dan Kekurangan Observasi
Kelebihan dan kekurangan
Sebagai salah satu metode teknik konseling nontes, observasi
memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan, sehingga beberapa antisipasi pada
saat melakukan perencanaan dan pada saat melakukan pengumpulan data melalui
metode pengamatan.
Untuk itu akan dipaparkan kelebihan dan kekurangan metode
pengamatan berikut ini:
Kelebihan observasi
(a). Membarikan informasi yang tidak mungkin didapat melalui
teknik lain.
(b). Memberi tambahan informasi yang sudah didapat melalui
teknik lain
(c). Dapat menjaring tingkah laku nyata bila saat observasi
tidak diketahui
(d). Pengamatan bersifat selektif.
(e). Pengamatan mendorong perkembangan subjek pengamatan.
Kekurangan observasi
(a). Observasi tidak dapat dilakukan terhadap beberapa
situasi atau beberapa peserta didik sekaligus
(b). Hasil pengamatan pada suatu kejadian tidak dapat diulang
pada waktu lain.
(c). Untuk mendapatkan gambaran menyeluruh dan ketepatan
hasil, pengamatan perlu dilakukan beberapa kali sehingga memerlukan waktu yang
panjang
(d). Penafsiran terhadap hasil observasi sering kali bersifat
subjektif, sehingga diperlukan keterlibatan beberapa orang pengamat
(e). Sikap pengamat, jarak waktu yang panjang antara satu
situasi dengan situasi yang diamati, dan objektivitas pencatatan akan sangat
mempengaruhi validitas pengamatan.
(f). Orang akan salah tingkah jika ia tahu menjadi objek
observasi yang dapat menyebabkan tidak alaminya pengamatan
F. Pedoman Observasi
Langkah Penyusunan Pedoman Observasi
Penyusunan skala
penilaian perlu dilakukan dengan tepat agar benar-benar menggambarkan kriteria
tingkah laku atau sifat-sifat peserta didik yang akan diamati. Adapun
langkah-langkah pembuatan skala penilaian, dapat dilihat berikut ini:
1. Menetapkan tujuan
2. Mengidentifikasi tem atau kriteria yang akan digunakan.
3. Melakukan identifikasi deskriptor dari setiap kriteria
yang telah ditetapkan
4. Mengidentifikasi proses evaluasi (menetapkan klasifikasi
penilaian yang digunakan, banyaknya interval skala, menetapkan evaluator,
menyediakan kolom komentar, dsb)
5. Membuat format skala penilaian
6. Membuat pedoman pengisian yang jelas
Contoh langkah penyusunan skala penilaian numerik:
1. Tujuan : mengidentifikasi potensi peserta didik Drop out
2. Kriteria yang akan diamati;
(a). Minat di sekolah
(b). Relasi dengan teman sebaya
(c). Relasi dengan guru
(d). Gaya dalam memecahkan masalah
3. Membuat deskriptor dari setiap kriteria.
(a). Minat di sekolah, antara lain, perhatian di kelas,
partisipasi pada kegiatan kelas, kesiapan untuk belajar
(b). Relasi dengan sebaya, antara lain frekuensi dan
kebiasaan interaksi, sikap teman, persahabatan dengan sebaya
(c). Relasi dengan guru, antara lain, frekuensi dan kebiasaan
interaksi, sikap terhadap guru, sikap guru.
(d). Gaya pemecahan masalah antara lain keterampilan
mengatasi masalah, dapat mengatasi frustasi dan kegagalan, kebiasaan saat
bekerja, dsb.
G. Cara Merangcang Observasi
Cara merancang
observasi pengamatan meliputi penyusunan pedoman pengamatan, pelaksanaan
pengamatan dan melakukan analisis hasil pengamatan.
1. Penyusunan pedoman pengamatan
Sebelum melakukan pengamatan,
konselor perlu merancang pedomannya agar proses pengamatan tetap terarah dan
data yang diperoleh sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Langkah penyusunan pedoman pengamatan yaitu:
A. Menetapkan tujuan pengamatan
B. Menetapkan bentuk format pencatat hasil pengamatan sesuai
tujuan
C. Membuat format pencatat hasil pengamatan, apakah akan
digunakan catatan anekdot atau skala penilaian(penilaian numerik, skala
penilaian grafis dan daftar cek). Untuk mendapat gambaran tentang prosedur
pembuatan , lakukan sesusai dengan langkah-langkah pembuatan dan contoh format
pencatatan hasil pengamatan.
D. Melakukan uji coba pedoman pengamatan. Untuk memperoleh
data yang objektif, maka setelah pedoman pengamatan selesai disusun, perlu
dilakukan uji coba pengamatan, Langkah ini juga untuk mengetahui apakah skala
penilaian yang akan digunakan reliabel atau tidak.
2. Pelaksanaan pengamatan
Pada saat konselor
melakukan pengamatan, perlu memperhatikan beberapa hal berikut ini.
A. Menetapkan peserta didik yang aka diamati (subjek
pengamatan) sesuai tujuan.
B. Menetapkan jadwal dan tempat pengamatan
C. Menetapkan jumlah peserta didik yang akan diamati
D. Menetapkan jumlah konselor yang akan berfungsi sebagai
pengamat.
E. Mempersiapkan format pencatat hasil dan alat perekam
gambar sesuai kebutuhan.
F. Mengambil posisi yang tidak diketahui subjek pengamatan,
sehingga kehadiran pengamat tidak menarik perhatian subjek. Kemudian
melaksanakan pengamatan,
G. Selama proses pengamatan, konselor harus melakukan
pemusatan perhatian pada situasi dan tingkah laku yang diamati. Setiap pengamat
harus mencatat segera dengan cermat dan teliti setiap tingkah laku dan situasi
yang terjadi saat tingkah laku muncul seperti apa adanya, pada format
pencatatan hasil pengamatan yang sudah disiapkan atau melakukan perekaman tanpa
diketahui peserta didik yang diamati. Untuk menjaga validitas hasil pengamatan
pada saat melakukan pencatatan, konselor sebagai pengamat tidak memasuka
pendapat, pandangan ,dan penilaian apapun terhadap situasi dan tingkah laku
yang diamati.Hasil pengamatan perlu didokumentasikan untuk menjaga kerahasiaan
dan data hanya akan digunakan untuk kepentingan proses membantu peserta didik.
H. Menutup pengamatan dengan membuat kesimpulan hasil
pengamatan bersama dengan seluruh pengamat.
3. Analisis hasil pengamatan
A. Hasil pencatatan atau perekaman proses pengamatan yang
dilakukan oleh setiap pengamat dikumpulkan
B. Setiap pengamat melakukan penskoran dan membuat deskripsi
hasil pengamatannya.
C. Hasil pencatatan dan perekaman seluruh pengamat peserta
didik, diidentifikasi dan dikelompokkan sesuai dengan pokok-pokok tingkah laku
yang diamati dan pencapaian tujuan yang ditetapkan. Ini dilakukan dalam tim
pengamat.
D. Kemudian secara bersama-sama melakukan analisi dan sintesa
hasil pengamatan dan menarik kesimpulan, sehingga memperkecil kemungkinan
terjadi bias hasil dan menjaga objektivitas hasil pengamatan
H. Alat Pencatat Observasi
Pada metode
pengamatan, seseorang pengamat dalam hal ini konselor memerlukan alat untuk
mencatat berbagai informasi hasil pengamatannya dengan cara yang tepat dan
sistematis, sehingga hasil yang diperoleh merupakan gambaran apa adanya,
objektif sesuai dengan situasi dan kondisi saat dilakukan pengamatan. Pada
pengamatan ada beberapa alat pencatat yang digunakan sesuai dengan tujuannya,
adapun beberapa alat pencatat observsi adalah catatan anekdot dan skala
penilaian
1. Catatan anekdot
Merupakan alat
pencatat pengamatan yang dapat digunakan untuk menggambarkan atau
mendeskripsikan tingkah laku atau ucapan yang didengar dari individu atau
kelompok yang diamati pada suatu konteks kejadian dalam situasi seperti apa
adanya.
2. Skala penilaian
Skala penilaian
merupakan metode mengandung penilaian dari pengamat terhadap orang yang
diamati. Nilai skala ini terletak pada kebermaknaan karakteristik-karakteristik
yang akan dinilai. Karakteristik yang akan dinilai berupa tingkah laku maupun
sifat yang ditunjukan oleh individu yang diamati.
Format skala
penilaian memiliki beberapa tipe, antara lain skala penilaian numerik skala
penilaian grafis dan skala penilaian grafis.
(a). Skala penilaian numerik : menggunakan gradai skor angka
mulai dari yang paling rendah sampai yang paling tinggi.Skala angka yang
digunakan dapat memiliki rentang lima sampai tujuh, yang diikuti dengan
penjelasan singkat tentang tingkatan penilaian tingkah laku atau sifat yang
akan diamati.
(b). Skala penilaian grafis : merupakan format skala yang
menggunakan suatu garis kontinum. Dimana titik gradasi ditunjukan pada garis
dengan menyajikan rangkaian deskripsi
singkat dibawah garisnya.
(c). Daftar cek berisi aspek-aspek yang mungkin terdapat pada
situasi, tingkah laku, maupun kegiatan peserta didik yang menjadi pusat
perhatian. Penyusunan alat ini direncanakan dengan sistematis, dan sesuai
dengan sasaran yang ingin dicapai. Bentuknya berupa format yang efesien dan
efektif, dapat diperiksa validitas dan reliabilitasnya, bersifat kuantitatif,
dan hasilnya diolah sesuai tujuannya.
BAB III
KESIMPULAN
Observasi merupakan
salah satu instrument pengumpulan data yang dapat melengkapi kekurangan metode
lain dalam pengumpulan data. Sebelum melakukan observasi, observer sebaiknya
menentukan tujuan khususnya agar observasi terfokus pada apa yang diinginkan.
Kemudian, Agar observasi dapat efektif dan efisien sebaiknya observer membuat
pedoman observasi terlebih dahulu, lalu kemudian melakukan observasi.
DAFTAR PUSTAKA
Winkel, W.S & Hastuti Sri. 2006. Bimbingan dan Konseling
Di Institusi Pendidikan. Yogyakarta : Media Abadi
Djemari Marpadi. (2008). Teknik Penyusunan Instrumen Tes dan
Nontes.
Yogyakarta: Mitra Cendekia Press.
Walgito,B, 2004. Bimbingan dan Konseling (Studi &Karir),
Yogyakarta : CV Andi Offset
Margono S. Drs. 2007. Metologi Penelitian Pendidikan Komponen
MKDK. Jakarta : PT. Rineka Cipta
Komentar
Posting Komentar